MENINGKATKAN
MINAT BELAJAR KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN POKOK BAHASAN GAYA KEPEMIMPINAN MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL)
(Suatu
Penelitian Tindakan Kelas di STAIN Kendari)
Oleh:
Syahrul, S.Pd.I, M.Pd.
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK), yakni pendekatan yang mencoba memperbaiki pendidikan melalui
perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari dan memahami praktek
mengajarnya, bersifat kritis terhadap praktek tersebut dan siap untuk
mengubahnya yang bersifat partisipatif (melibatkan peneliti) dan kolaboratif
(melibatkan orang lain).
Masalah pokok
penelitian ini adalah “Apakah
pendekatan kontekstual (CTL) pada Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan pokok
bahasan Gaya Kepemimpinan dapat meningkatkan minat belajar Mahasiswa?”. Tujuan
Penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan minat belajar mahasiswa
pada Mata Kuliah Kepempimpinan Pendidikan pokok bahasan gaya kepemimpinan
dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL)”.
Hasil
Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan minat belajar mahasiswa pada
pokok bahasan Gaya Kepemimpinan Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan melalui
pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada setiap siklus, setelah
membandingkan dengan indikator ketuntasan belajar (kognitif, afektif,
psikomotorik). Pada siklus pertama terlihat bahwa: a) nilai rata-rata hasil
kuesioner mahasiswa meningkat dari 56,13 menjadi 64,83 yang termasuk dalam
kategori berminat; b) hasil belajar
kognitif mahasiswa siklus 1 terlihat nilai rata-rata hasil tes mahasiswa
meningkat dari 64,62 menjadi 75,50 dan ketuntasan belajar klasikal juga
meningkat dari 53,85% menjadi 88,46%. Pada siklus kedua terlihat bahwa: a) rata-rata
hasil kuesioner mahasiswa meningkat menjadi 70,67 dan termasuk kategori sangat
berminat; b) nilai rata-rata hasil tes mahasiswa adalah 77,69 dengan ketuntasan
belajar klasikal sebesar 96,15%; c) rata-rata hasil belajar afektif nilai mahasiswa
meningkat dari 84,42 menjadi 89,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%; d) rata-rata
hasil belajar psikomotorik mahasiswa meningkat dari 83,85 menjadi 92,40 dengan
ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 88,46% menjadi 100%.
Kata Kunci :
Pembelajaran Kontekstual, Minat Belajar
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara sadar kita relatif sepaham bahwa pendidikan sangat penting
dan strategis dalam kehidupan sebuah bangsa. Sumber daya insani sebagai
investasi jangka panjang hanya dapat terwujud melalui pendidikan. Oleh
karenanya, upaya sungguh-sungguh dan sistematis mesti terus dilakukan, dengan
pendekatan yang komprehensif. Bahwa penaatan pendidikan harus dimulai dari
keinginan baik, back up kebijakan,
perbaikan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana
memadai, profesionalisme dan membangun kesadaran masyarakat.
Dalam penelitian ini penulis akan berbicara lebih spesifik pada
aspek tenaga pendidik (guru) yang professional. Jika kita menggunakan
pendekatan sistem setidaknya komponen yang harus ada dalam pendidikan di
sekolah adalah guru sebagai in-put,
layanan atau proses, dan output. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa out-put adalah hasil penjumlahan dari in-put dan proses. Hasil (out-put) dapat dilihat pada indikator
proses dan capaian mahasiswa pada sebuah
mata kuliah. Dalam konteks ini, dosen harus mampu (kompeten) memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata kuliah, yang dalam
penelitian ini fokus pada mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan Pokok Bahasan Model
Kepemimpinan.
Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan peneliti, dosen di Jurusan Tarbiyah STAIN Kendari umumnya mengajar
cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari dosen
ke mahasiswa. Kondisi ini berdampak pada cara belajar mahasiswa yang cenderung
pasif dan minat belajar yang rendah. Imbas berikutnya tentu saja pada rendahnya
pemahaman terhadap materi kuliah yang diajarkan di kelas.
Tugas dosen tentunya adalah menjadikan pembelajaran itu lebih
bermakna dengan cara melibatkan pengalaman mahasiswa. Minat belajar mahasiswa
perlu dirangsang sedemikian rupa karena pelajaran berjalan lancar bila ada
minat dari mahasiswa. Menumbuhkan minat adalah sinergi dari aspek fisik
(material) sekolah dan mental tenaga pendidik.
Aspek sarana dan prasarana belajar seperti perpustakaan, laboratorium,
ruang kelas yang efektif, akses internet, media pembelajaran adalah faktor yang
mempengaruhi minat mahasiswa maupun hasil belajar yang diperoleh mahasiswa. Di sisi lain , dosen perlu mempersiapkan strategi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat dan hasil belajar mahasiswa
secara optimal. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) sebagai strategi yang
diharapkan menjadi alat perbaikan dan peningkatan minat belajar mahasiswa secara
optimal terutama dalam mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan.
Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan merupakan mata kuliah utama bagi
Program Studi Kependidikan Islam (KI) Jurusan Tarbiyah STAIN Kendari, yang memang
concernnya adalah pada persoalan manajemen pendidikan. Telah diketahui bahwa
kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, termasuk di bidang pendidikan. Dengan
demikian, lulusan yang dihasilkan nantinya adalah para calon manajer dan
administrator pendidikan, yang tentu saja telah (dan harus) memiliki
pengetahuan yang baik terkait bidangnya.
Kepemimpinan pendidikan dapat dimaknai sebagai praktek kepemimpinan
dalam lembaga pendidikan. Di dalamnya terdapat beberapa aspek yang saling
bersinergi, seperti: pemimpin, pengikut, dan lembaga. Pengaruh merupakan ciri
khas yang membedakan seorang pemimpin (leader)
dengan manajer. Seseorang dapat menjadi pemimpin tanpa sebuah organisasi,
seperti keunggulan gagasan, innovasi, kreatifitas dan sebagainya. Sebaliknya
menjadi manajer memerlukan organisasi formal, dimana ketundukan bawahan hanya
pada bingkai struktur organisasi. Idealnya, seorang harus memiliki keduanya (leader dan manajer) dalam memimpin
lembaga pendidikan.
Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, menuntut seorang
pemimpin untuk responsif sehingga organisasi dapat beradaptasi dalam gerak
perubahan tersebut. Gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi respon-respon seorang
pemimpin, apakah menjadi agresif, bermasa bodoh, atau menggunakan mekanisme
pertahanan (defends mechanism).
The real leader, adalah ungkapan yang sering mengundang perhatian. Demikian juga
pernyataan “Pemimpin Boneka”. Idiom-idiom tersebut jika dipahami dengan baik
dapat membantu kita dalam mengalisis dan menginterpretasi praktek-praktek
kepemimpinan dewasa ini. Di dalam institusi pendidikan pun tidak terlepas dari
kecenderungan tersebut, sehingga kita berkepentingan secara akademik untuk
memberikan pencerahan.
Kepemimpinan pendidikan adalah perpaduan kompetensi organisatoris
dan kompetensi seorang pendidik. EMASLIM (educator,
manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator) adalah
peran-peran eksistensial yang harus ada pada seorang pemimpin di bidang
pendidikan, kapanpun dan di mana pun. Hal ini selaras dengan semangat Ing madya mangun karsa Ing ngarsa sung
tulada tut wuri handayani.
Penjelasan di atas memberi gambaran betapa pentingnya mata kuliah
Kepemimpinan pendidikan, sehingga memerlukan perhatian serius dalam rangka
memberikan pemahaman yang baik bagi mahasiswa. Hal ini tidak saja berguna
setelah mereka lulus dari perguruan tinggi ketika memasuki dunia kerja, tetapi
di sisi lain dapat lebih tanggap terhadap gejala-gejala kepemimpinan di mana
saja mereka berada. Dalam pengamatan peneliti, masalah yang dihadapi oleh mahasiswa
adalah rendahnya minat belajar. Hal ini mungkin saja disebabkan pendekatan
pembelajaran yang digunakan selama ini kurang tepat. Pembelajaran yang terlalu
teoritis pada titik tertentu kerapkali mendatangkan kejenuhan, sehingga perlu
mengajak peserta didik untuk mengalami apa-apa yang telah dipelajarinya.
Memberikan contoh-contoh kontekstual tentang gaya kepemimpinan akan memberikan
kesan mendalam dan tinggal dalam memory jangka panjang (long term memory) mahasiswa.
Minat belajar adalah kecenderungan seseorang terhadap
obyek atau sesuatu
kegiatan yang digemari
yang disertai dengan
perasaan senang, adanya
perhatian, dan keaktifan dalam
belajar. Minat adalah salah
satu faktor yang
dapat mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang.
Minat yang kuat
akan menimbulkan usaha yang
gigih serius dan
tidak mudah putus
asa dalam menghadapi tantangan. Jika
seorang mahasiswa memiliki rasa
ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Para
ahli seperti Hurlock, memberi catatan penting tentang minat ini, bahwasannya minat
berdimensi jangka panjang, yakni:
Pertama, bahwa minat mempengaruhi intensitas cita-cita. Seseorang yang
bercita-cita menjadi pemimpin yang baik, tentu memiliki minat terhadap
kepemimpinan.
Kedua, minat sebagai pendorong yang kuat. Dalam keadaan apapun, seseorang
akan terus belajar karena minat yang kuat.
Ketiga, minat yang terbentuk secara intens akan terbawa seumur hidup. Hal inilah
yang turut menyumbang besar dalam proses seseorang meraih cita-cita.
Jelaslah bahwa minat
merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Minat
yang kuat akan
menimbulkan usaha yang gigih
serius dan tidak
mudah putus asa
dalam menghadapi tantangan. Jika
seorang mahasiswa memiliki rasa
ingin belajar, ia
akan cepat dapat mengerti dan
mengingatnya.
Beberapa penjelasan dan argumentasi di atas menjadi pertimbangan
untuk melakukan penelitian tentang: “PENINGKATAN MINAT BELAJAR KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
PADA POKOK BAHASAN GAYA KEPEMIMPINAN PROGRAM STUDI KI SEMESTER VII STAIN
KENDARI TAHUN AKADEMIK 2009/2010“.
B.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian
ini adalah: “Apakah pendekatan kontekstual (CTL) pada Mata Kuliah Kepemimpinan
Pendidikan pokok bahasan Gaya Kepemimpinan dapat meningkatkan minat belajar Mahasiswa?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan minat belajar mahasiswa pada Mata Kuliah Kepempimpinan
Pendidikan pokok bahasan gaya kepemimpinan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual (CTL).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
diharapkan memberi manfaat bagi individu maupun lembaga, yakni sebagai berikut:
1.
Bagi Dosen, berguna untuk melakukan
perbaikan pembelajaran di kelas terutama dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
2.
Bagi mahasiswa, berguna untuk
memberikan motivasi dalam belajar dan meningkatkan minat belajar mereka.
3.
Bagi lembaga, menjadi referensi
tambahan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di STAIN Kendari.
E. Definisi Operasional
Dalam rangka menghindari
multi-interpretasi terhadap judul penelitian ini, peneliti perlu mengemukakan
definisi operasional sebagai berikut:
1.
Pembelajaran Kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu dosen dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang
diajarkan dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
2.
Minat Belajar adalah kecenderungan yang
dapat menimbulkan perhatian terpusat terhadap belajar. Aspek-aspek minat
dalam belajar adalah kesenangan, kemauan, kesadaran, dan perhatian.
II . LANDASAN TEORETIK
A. Hakekat
Belajar
Hakekat belajar dapat diketahui dengan melihat pandangan para ahli
psikologi, di antaranya:
Gagne and Berliner (dalam Anni dan Catharina, 2004: 2) belajar
merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman. Slameto (1995:2) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut
thorndike (1874-1949), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan mahasiswa
ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan.
Sedangkan Hamalik (1995:37), mendeskripsikan belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah
(2008:89), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing). Hilgard dan Gordon (1975 : 17), Pada hakikatnya “belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek
dalam situasi tertentu berkat pengalamnnya yang berulang-ulang, dan perubahan
tingkah laku tersebut tak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan-kecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer
dari subjek (misalnya keletihan, dan sebagainya).
Dari beberapa konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar
berkaitan dengan perubahan perilaku.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses
pengalaman.
c. Perubahan
perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen
Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984:
57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengemukakan tiga taksonomi yang
disebut dengan ranah belajar, yaitu: 1).Ranah Kognitif ; 2) Ranah Afektif ; dan
3) Ranah Psikomotorik
B. Hakekat Minat Belajar
Beberapa ahli memberikan definisi tentang minat sebagai berikut:
Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) menekankan
bahwa minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas
oleh individu. Sedangkan menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana, W. &
Sunartana (1986: 229) minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan
objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi
minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas
dan situasi. Selain itu, minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat
yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak
dalam melaksanakan usahanya. Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting
dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu
mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup
menarik minatnya.
S. Indrafachrudi (1970: 96) mengemukakan bahwa prinsip umum dari
minat ialah bahwa minat seorang anak itu berpusat pada aktivitas yang menimbulkan
kepuasan yang mengurangi ketegangan (tension). Sehingga, apabila
aktivitas yang dilakukan oleh anak menarik perhatiannya, maka akan timbul minat
pada anak tersebut dan mendapat suatu kepuasan.
Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan,
kesadaran, dan perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar mahasiswa
tidak akan optimal. Namun, dalam pengukuran minat, aspek kesenangan tidak
disertakan. Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:
1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang
dalam beraktivitas.
2. Minat dapat membantu
dalam memusatkan perhatian terhadap masalah yang dihadapi.
3. Minat sebagai pembantu
dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam mencapai suatu kematangan
dan kedewasaan serta cita-cita.
Selain itu, ada beberapa alasan mengapa seorang dosen perlu
mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Untuk meningkatkan minat anak-anak.
b. Untuk memelihara minat yang baru timbul.
c. Untuk mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak
baik.
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak
tentang lanjutan studi/pekerjaan yang cocok baginya.
Menurut Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 233), salah satu
metode pengukuran minat adalah dengan menggunakan kuesioner yang di dalamnya berisi
tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan keadaan mahasiswa yang
harus dipilih dan kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Dari
pilihan tersebut dalam tiap pernyataan akan menghasilkan skor yang mencerminkan
minat.
Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:
1. Membangkitkan suatu kebutuhan mahasiswa (kebutuhan untuk
menghargai keindahan, memperoleh penghargaan, dsb).
2. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang lampau.
3. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapat hasil yang baik.
4. Menggunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja
kelompok, demonstrasi, dsb).
Dari penjelasan di atas, maka supaya minat mahasiswa dapat
dibangkitkan untuk memperoleh hasil yang baik, guru perlu mengusahakan
cara-cara tersebut di atas.
C.
Hakekat Pendekatan
Kontekstual ( CTL )
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan
dengan situasi nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme
berasumsi bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, mahasiswa harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Strategi memperoleh lebih diutamakan daripada seberapa banyak mahasiswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu
diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Terkait hal ini,
Nasution (2004: 161) menjelaskan bahwa bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk:
a.
Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.
b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.
c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan
pelajaran.
d. Membangkitkan minat untuk
sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya.
e. Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi
pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih
luas.
f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang
anak-anak.
g. Menarik perhatian anak atau kelas.
3.
Menemukan (Inquiry)
Dalam
CTL Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa semestinya merupakan
hasil dari menemukan sendiri. Dosen perlu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan. Kegiatan inkuiri memiliki siklus yakni : observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun
langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:
a. Rumusan masalah → hipotesis
b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dll.
d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain.
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Asumsi learning community bahwa
hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini guru
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Mahasiswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai dan ada
yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002:
15).
5. Pemodelan (Modelling)
Dalam
CTL, dosen bukan satu-satunya model, tetapi dapat juga melibatkan mahasiswa.
Seorang mahasiswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan
yang akan dilakukan. Ada kalanya mahasiswa lebih paham apabila diberi contoh
oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi
merupakan renungan tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menjadi
pembanding terhadap apa yang akan dilakukan di masa depan. Guru perlu
memberikan waktu kepada mahasiswa untuk melakukan refleksi pada setiap akhir
pertemuan.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses membandingkan hasil kerja mahasiswa dengan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam hal ini data mesti
tersedia dengan baik. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah
mencari informasi tentang belajar mahasiswa. Gambaran perkembangan belajar mahasiswa
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa mahasiswa mengalami proses
pembelajaran yang benar.
Secara
garis besar, langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu mahasiswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok).
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan (Action Research), yakni sebuah pendekatan yang mencoba memperbaiki pendidikan
melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari dan memahami praktek
mengajarnya, bersifat kritis terhadap praktek tersebut dan siap untuk
mengubahnya yang bersifat partisipatif (melibatkan peneliti) dan kolaboratif
(melibatkan orang lain).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di STAIN Sultan Qaimuddin Kendari yang berlangsung pada bulan
Oktober sampai Desember 2009.
C.
Populasi dan Sampel
Populasi
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi Kependidikan Islam (KI) semester
VII Kelas A yang berjumlah 17 orang. Karena populasi yang relatif kecil
tersebut, maka sampelnya diambil secara sensus. Sehingga sampel penelitian ini
adalah 17 orang.
D.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui 2 (dua) siklus. Sebelumnya, mahasiswa
diberikan tes awal (pre-test) dalam rangka pemetaan. Setiap siklus terdiri dari
beberapa tahapan, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
evaluasi, dan refleksi. Secara detail tahapan kegiatan di atas dijelaskan
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan
yang dilakukan antara lain: a) Observasi awal dan identifikasi masalah ; b) Menyusun skenario dan perangkat pembelajaran
yaitu silabus dan sistem penilaian, rencana pembelajaran (RP), lembar kerja mahasiswa,
serta alat dan bahan yang terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan; c)
Menyusun lembar kuesioner untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa
terhadap mata kuliah kepemimpinan pendidikan; d) Menyiapkan alat evaluasi
berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil kognitif mahasiswa dan lembar
observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik mahasiswa; e) Menyusun
kisi-kisi lembar kuesioner.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan
yang dilakukan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya, yakni: a) pemberian
materi dengan menggunakan Metode CTL, dimana frekuensi pertemuan adalah 3
(tiga) kali pada masing-masing siklus; b) Peneliti mengisi instrumen observasi
secara obyektif tentang kegiatan belajar
mengajar; c) Peneliti mengadakan refleksi tentang tindakan yang
telah dilaksanakan; d) Mengambil kesimpulan hasil analisis refleksi kemudian
merancang kembali strategi baru yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
3. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan yang dilakukan mahasiswa
selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan Gaya Kepemimpinan, kemudian
peneliti mengisi dan kemudian menganalisis lembar observasi afektif dan
psikomotorik untuk mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik mahasiswa.
4. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan adalah merefleksikan kegiatan yang telah
dilakukan mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran apakah mahasiswa mampu
berperan secara aktif dalam pembelajaran, apakah mahasiswa mampu memahami
materi yang berikan oleh guru, apakah terjadi kenaikan minat belajar mahasiswa dalam
mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan
dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada pokok bahasan Gaya Kepemimpinan. Hal ini dimaksudkan
agar hasil refleksi ini dapat berguna bagi mahasiswa maupun dosen di masa yang
akan datang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data
atau informasi dalam penelitian ini terkumpul dengan menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut:
1. Pengamatan awal, digunakan untuk mengetahui hal-hal yang
terjadi dan dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
2. Kuisioner, digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa
tentang teknik yang diterapkan dosen dan kesulitan-kesulitan yang masih dialami
dalam pembelajaran.
3. Tes, digunakan untuk mengetahui peningkatan minat
belajar mahasiswa dalam pelajaran Kepemimpinan Pendidikan.
4. Catatan harian guru, digunakan untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar, baik dari pihak dosen maupun
mahasiswa. Catatan harian ini ditulis segera setelah berakhirnya proses belajar
mengajar.
5. Portofolio mahasiswa berisi tentang evaluasi diri, refleksi
diri, kesan terhadap proses belajar mengajar yang telah berlangsung, dan
saran-saran untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada pertemuan berikutnya.
6. Wawancara, dilakukan pada akhir proses belajar mengajar dengan
beberapa mahasiswa yang bisa mewakili kelas untuk memberikan komentar terkait
proses belajar mengajar.
F. Metode
Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan metode deskriptif, yakni
sebagai berikut:
1. Data hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah tindakan
dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca
setiap jawaban yang dipilih oleh mahasiswa pada lembar kuesioner baik sebelum
tindakan maupun sesudah tindakan.
b. Memberikan
skor pada lembar kuesioner yang sudah diisi oleh mahasiswa. Sistem penskoran
menggunakan skala Likert.
c. Merekapitulasi
skor hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah tindakan untuk mengetahui
peningkatan minat mahasiswa kemudian dimasukkan dalam kategori minat mahasiswa,
yaitu:
Tabel 3.1
Kriteria Minat Mahasiswa
Skor
Mahasiswa
|
Kriteria
Minat
|
20 –
35
|
Tidak
berminat
|
36 –
50
|
Kurang
berminat
|
51 –
65
|
Berminat
|
66 –
80
|
Sangat
berminat
|
(Suyitno, Amin, 2004: 73)
E. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dilihat dari peningkatan
minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan pokok
bahasan Gaya Kepemimpinan. Peningkatan dimaksud meliputi aspek kognitif maupun
aspek psikomotorik, karena keberhasilan pembelajaran pada aspek kognitif dan
psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif mahasiswa yaitu minat.
Menurut Mulyasa (2003: 99), dalam penilaian aspek kognitif, seorang mahasiswa
dipandang telah tuntas belajar apabila mampu menyelesaikan dan mencapai tujuan
pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Namun, lain halnya
dengan penilaian aspek psikomotorik dan aspek afektif. Menurut Priatiningsih
(2004: 4), pelaporan penilaian aspek psikomotorik adalah minimal 75% sesuai
dengan mastery learning atau ketuntasan belajar mahasiswa.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Kegiatan Pendahuluan
Fokus utama penelitian ini adalah upaya
peningkatan minat belajar Kepemimpinan Pendidikan. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari
tahap praobservasi sampai tahap pelaksanaan penelitian pada semua siklus.
Pembahasan pada setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, refleksi dan pengujian hasil penelitian.
Obyek pengamatan pada penelitian ini
adalah mahasiswa semester VII kelas A program studi Kependidikan Islam (KI) Jurusan
Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddian Kendari TA. 2009/2010. Mahasiswa di kelas ini berjumlah 17 orang.
2. Siklus Pertama
Pada siklus pertama, data-data yang diperoleh dibandingkan dengan
data-data awal sebelum dilakukan tindakan, yaitu:
a. Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa sebelum dan sesudah
dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 yaitu digunakan
lembar kuesioner yang harus dipilih oleh mahasiswa. Hasil analisis kuesioner mahasiswa
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
No.
|
Hasil
Kuesioner
|
Data
Awal
|
Data
Siklus 1
|
1.
|
Skor Tertinggi
|
67
|
78
|
2.
|
Skor Terendah
|
26
|
39
|
3.
|
Skor Rata-Rata
|
56,13
|
64,83
|
4.
|
Kategori
|
Berminat
|
Berminat
|
b. Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
Setelah mendapatkan data nilai awal sebelum dilakukan pembelajaran
menggunakan pendekatan CTL dan sesudah dilakukan pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL dengan memberikan tes evaluasi di akhir siklus 1, maka data
hasil belajar kognitif mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
No.
|
Hasil
Tes
|
Data
Awal
|
Data
Siklus 1
|
1.
|
Nilai Tertinggi
|
90
|
93
|
2.
|
Nilai Terendah
|
40
|
53
|
3.
|
Nilai Rata-Rata
|
64,62
|
75,50
|
4.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
53,85%
|
88,46%
|
Secara keseluruhan, data hasil pelaksanaan siklus 1 adalah sebagai
berikut:
1. Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
a. Skor rata-rata yang
diperoleh mahasiswa setelah mengisi lembar kuesioner yaitu sebesar 64,83 yang
termasuk dalam kategori berminat.
b. 3mahasiswa termasuk dalam kategori kurang berminat, 4 mahasiswa
termasuk dalam kategori berminat sedangkan 10 mahasiswa termasuk dalam kategori
sangat berminat.
2. Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa
a. Nilai rata-rata mahasiswa
pada tes evaluasi siklus 1 sebesar 75,50 dengan ketuntasan belajar klasikal
sebesar 88,46%.
b. Setelah dilaksanakan tes di akhir siklus 1 terdapat 2 mahasiswa
yang belum tuntas, sedangkan 15 mahasiswa sudah dinyatakan tuntas belajar. Pada
pelaksanaan siklus 1 masih terdapat banyak kekurangan, sehingga peneliti
berusaha untuk meningkatkannya pada siklus 2.
2. Siklus Kedua
Pada siklus 2, data-data yang diperoleh pada siklus 1 dibandingkan
dengan data-data yang diperoleh pada siklus 2, yaitu:
a. Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa sesudah dilakukan
pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu
digunakan lembar kuesioner yang harus dipilih oleh mahasiswa. Hasil analisis
kuesioner mahasiswa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
No.
|
Hasil
Kuesioner
|
Data
Siklus 1
|
Data
Siklus 2
|
1.
|
Skor Tertinggi
|
78
|
80
|
2.
|
Skor Terendah
|
39
|
55
|
3.
|
Skor Rata-Rata
|
64,83
|
70,67
|
4.
|
Kategori
|
Berminat
|
Sangat
Berminat
|
b. Hasil Belajar Mahasiswa
1.
Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
Setelah mendapatkan nilai hasil tes evaluasi di akhir
siklus 1 dan akhir siklus 2 setelah dilakukan pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL, maka data hasil belajar kognitif mahasiswa dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
No.
|
Hasil
Tes
|
Data
Siklus 1
|
Data
Siklus 2
|
1.
|
Nilai Tertinggi
|
93
|
100
|
2.
|
Nilai Terendah
|
53
|
60
|
3.
|
Nilai Rata-Rata
|
75,50
|
77,69
|
4.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
88,46%
|
96,15%
|
2.
Hasil Belajar Afektif Mahasiswa
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual (CTL) didapatkan nilai hasil dari pengisian lembar observasi di
akhir siklus 1 dan akhir siklus 2, yaitu:
a. Data Hasil Belajar Afektif Minat
Data hasil belajar afektif minat mahasiswa setelah mengisi lembar
observasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Belajar Afektif Minat Mahasiswa
No.
|
Kriteria
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
1.
|
Kehadiran di
kelas
|
88,46%
|
92,31%
|
2.
|
Perhatian dlm
pelajaran
|
23,08%
|
63,46%
|
3.
|
Perhatian dlm
keg. praktek
|
32,69%
|
57,69%
|
4.
|
Keaktifan
mengerjakan LK
|
38,46%
|
59,62%
|
5.
|
Kelengkapan
alat/sumber bljr
|
50,00%
|
61,54%
|
6.
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
7.
|
Nilai Terendah
|
65
|
75
|
8.
|
Nilai Rata-Rata
|
85,10
|
91,83
|
9.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
100%
|
100%
|
b. Hasil Belajar Afektif Sikap
Data hasil belajar afektif sikap dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.6 Hasil Belajar Afektif Sikap Mahasiswa
No.
|
Kriteria
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
1.
|
Tanggung jawab
|
46,15%
|
63,46%
|
2.
|
Kejujuran
|
61,54%
|
73,08%
|
3.
|
Interaksi dengan
dosen
|
36,54%
|
50,00%
|
4.
|
Teliti
|
19,23%
|
53,85%
|
5.
|
Sistematis
|
51,92%
|
63,46%
|
6.
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
7.
|
Nilai Terendah
|
65
|
75
|
8.
|
Nilai Rata-Rata
|
85,38
|
90,19
|
9.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
100%
|
100%
|
c. Hasil
Belajar Afektif Nilai Mahasiswa
Data hasil belajar afektif nilai mahasiswa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel
4.7 Hasil Belajar Afektif Nilai Mahasiswa
No.
|
Kriteria
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
1.
|
Bekerjasama dlm
kelompok
|
30,77%
|
53,85%
|
2.
|
Menghargai
pendapat org lain
|
59,62%
|
65,38%
|
3.
|
Menghargai waktu
|
42,31%
|
53,85%
|
4.
|
Kerapian
|
55,77%
|
63,46%
|
5.
|
Menggunakan
peralatan dg seksama
|
25,00%
|
57,69%
|
6.
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
7.
|
Nilai Terendah
|
65
|
65
|
8.
|
Nilai Rata-Rata
|
84,42
|
89,04
|
9.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
100%
|
100%
|
3.
Hasil Belajar Psikomotorik Mahasiswa
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
didapatkan nilai dari lembar observasi di akhir siklus 1 dan akhir siklus 2.
Data hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Mahasiswa
No.
|
Kriteria
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
1.
|
Mempersiapkan
alat dan bahan
|
51,92%
|
65,38%
|
2.
|
Merangkai alat
dan bahan
|
46,15%
|
69,23%
|
3.
|
Membaca hasil
pengamatan
|
28,85%
|
53,85%
|
4.
|
Melakukan
pengamatan
|
34,62%
|
73,08%
|
5.
|
Mengkomunikasikan
data
|
42,31%
|
59,62%
|
6.
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
7.
|
Nilai Terendah
|
55
|
75
|
8.
|
Nilai Rata-Rata
|
83,85
|
92,40
|
9.
|
Ketuntasan
Klasikal
|
88,46%
|
100%
|
Secara keseluruhan, data hasil pelaksanaan siklus 2 adalah sebagai
berikut:
a. Hasil Analisis Kuesioner Mahasiswa
1. Skor rata-rata yang
diperoleh mahasiswa setelah mengisi lembar kuesioner yaitu sebesar 70,67 yang
termasuk dalam kategori sangat berminat.
2. Mahasiswa yang berminat
yaitu 5 mahasiswa sedangkan 12 mahasiswa termasuk dalam kategori sangat
berminat.
b. Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa
1. Nilai rata-rata mahasiswa
pada tes evaluasi siklus 2 sebesar 77,69 dengan ketuntasan klasikal sebesar
96,15%.
2. Setelah dilaksanakan tes di
akhir siklus 2 terdapat 2 mahasiswa yang belum tuntas, sedangkan 15 mahasiswa
sudah dinyatakan tuntas.
c. Hasil
Belajar Afektif Mahasiswa
1. Nilai rata-rata afektif minat mahasiswa pada siklus 1 adalah
85,10 sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 91,83 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 100%.
2. Nilai rata-rata afektif sikap mahasiswa pada siklus 1 adalah
85,38 sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,19 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 100%.
3. Nilai rata-rata afektif
nilai mahasiswa pada siklus 1 adalah 84,42 sedangkan pada siklus 2 meningkat
menjadi 89,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%.
d. Hasil
Belajar Psikomotorik Mahasiswa
1. Nilai rata-rata
psikomotorik mahasiswa pada siklus 1 adalah 83,85 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 88,46% sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 92,40 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 100%.
2. Pada siklus 1, terdapat 2 mahasiswa dianggap belum tuntas belajar
dan 15 mahasiswa dinyatakan sudah tuntas belajar. Sedangkan pada siklus 2,
seluruh mahasiswa sudah dinyatakan tuntas belajar. Jadi, setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL), lembar kuesioner maupun soal tes yang telah
diisi oleh mahasiswa setelah dianalisis hasil yang didapatkan meningkat menuju
ke arah yang lebih baik.
B. PEMBAHASAN
Setelah dilaksanakan penelitian dan berdasarkan hasil penelitian
pada siklus 1, dapat dijelaskan bahwa:
1.
Hasil analisis kuesioner mahasiswa
siklus 1 terlihat bahwa nilai rata-rata hasil kuesioner mahasiswa meningkat
dari 56,13 menjadi 64,83 yang termasuk dalam kategori berminat.
2.
Hasil belajar kognitif mahasiswa
siklus 1 terlihat nilai rata-rata hasil tes mahasiswa meningkat dari 64,62
menjadi 75,50 dan ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 53,85%
menjadi 88,46%.
Sedangkan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, juga dapat dijelaskan
bahwa:
1.
Hasil analisis kuesioner mahasiswa
siklus pertama nilai rata-rata hasil kuesioner mahasiswa sebesar 64,83 dan
termasuk kategori berminat. Kemudian, pada siklus 2 rata-rata hasil kuesioner mahasiswa
meningkat menjadi 70,67 dan termasuk kategori sangat berminat.
2.
Hasil belajar kognitif mahasiswa
siklus pertama terlihat bahwa nilai rata-rata hasil tes mahasiswa mengalami
peningkatan, yaitu 75,50 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,46%.
Sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata hasil tes mahasiswa adalah 77,69
dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 96,15%.
3. Hasil belajar afektif minat mahasiswaterlihat bahwa pada siklus 1
dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif mahasiswa meningkat dari
85,10 menjadi 91,83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%.
4. Hasil belajar afektif sikap
mahasiswaterlihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil
belajar afektif mahasiswa meningkat dari 85,38 menjadi 90,19 dengan ketuntasan
belajar klasikal sebesar 100%.
5. Hasil belajar afektif nilai
mahasiswa terlihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil
belajar afektif nilai mahasiswa meningkat dari 84,42 menjadi 89,04 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 100%.
6. Hasil belajar psikomotorik mahasiswaterlihat
bahwa pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik mahasiswa
meningkat dari 83,85 menjadi 92,40 dengan ketuntasan belajar klasikal meningkat
dari 88,46% menjadi 100%.
Dengan demikian, ikhtiar
meningkatkan minat belajar mahasiswa dalam Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan
pokok bahasan Gaya Kepemimpinan melalui pendekatan CTL telah tercapai secara
maksimal.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Minat belajar mahasiswa terhadap Mata Kuliah
Kepemimpinan Pendidikan mengalami peningkatan dari kategori berminat menjadi
kategori sangat berminat.
2.
Hasil belajar mahasiswa
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya minat belajar mahasiswa sesuai
dengan aspek-aspek : a) Kognitif; b)
Afektif; c) Psikomotorik.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Para dosen menguasai dan dapat
menggunakan pendekatan CTL (contextual
teaching and learning) dalam proses pembelajaran, khususnya pada Mata
Kuliah Kepemimpinan Pendidikan.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan secara terus menerus minat dan hasil
belajarnya pada semua mata kuliah.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina
Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Diah Nugraheni. 2006. Skripsi:
Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa Melalui CTL pada Pelajaran IPA Pokok
Bahasan Cahaya Mahasiswa Kelas V semester II SDN Kedung Mundu 01Semarang Tahun
Pelajaran 2006/2007. UNS
Indrafachrudi, Soekarto. 1970. Pengantar Psikologi Pendidikan. Malang:
IKIP Malang.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Kunandar.
2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Rajawali Press
Mulyasa, 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas.
Nurkancana, W & Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Priatiningsih, Titi. 2004. Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.
Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes Suatu Pengantar Kepada
Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar