KERJASAMA ORANG TUA dan GURU TERHADAP
PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMPN 1 KONDA KAB. KONAWE SELATAN
ABSTRAK
Salah
satu permasalahan pokok dalam dunia pendidikan adalah bagaimana kerjasama
antara orang tua dan guru dalam pembinaan pendidikan agama Islam itu penting,
oleh karena itu kerjasama diperlukan pada setiap manusia dalam mewujudkan dan
mensukseskan pendidikan karena merupakan acuan dalam kehidupan berbangsa dan negara.
Namun dalam kegiatan tersebut tidak akan mungkin tercapai tanpa ada kerja keras
dan kerjasama yang baik antara kedua belah pihak. Tapi namun demikian tidak
terlepas dari kendala-kendala yang ditemukan jalan keluarnya.
Tujuan
merupakan arah dan sasaran yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan, demikian
juga penelitian ini tentu mempunyai tujuan untuk mengetahui urgensi kerjasama
antara orang tua dan gurudalam pembinaan pendidikan agam Islam siswa SMPN 1
Konda , untuk mengetahui kendala-kendala apa yang ditemui oleh orang tua dan
guru dalam pembinaan pendidikan agama Islam serta upaya penanggulangannya.
Temuan
penelitian mengungkapkan bahwa kerjasama orang tua dan guru belumlah terlaksana
secara sempurna, walaupun telah diupayakan dengan menggunakan dengan berbagai
bentuk kerjasama, disamping kendala yang dihadapi sangatlah berfariasi yang
dibutuhkan adalah penyelesaian terhadap
masalah tersebut. Sehingga orang tua memahami begitu pentingnya pembinaan
pendidikan agama Islam itu sangatlah penting dalam membentuk sikap dan prilaku
anak yang sesuai dengan ajaran Islam.
Kata-Kata
Kunci: Kerjasama orang tua dan dalam pembinaan pendidikan agama Islam Siswa SMPN
1 Konda Kab. Konawe Selatan
BAB. I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk membina anak
kearah ke dewasaan supaya anak didik dapat memperoleh keseimbangan anatara
perasaan dan akal budinya serta dapat mewujudkan dalam kehidupannya
sehari-hari. Yang blebih khusus lagi pendidikan agama Islam mempunyai tujuan
yang hampir sama dengan tujuan pendidikan Nasional di samping kecerdasan
rasionalnya juga dengan kecerdasan relegiusnya.
Konsep ilmu pengetahuan dan pendidikan
anak dikenal tiga komponen yang terlibat dalam upaya pembentukan kepribadian
anak didik, yaitu : Keluarga, sekolah dan masyarakat. para ahli telah sepakat
bahwa pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga merupakan dasar dalam
pembentukan moral, karena keluarga merupakan pendidik utama. Disamping untuk
mengefektifkan pekerjaan seorang guru untuk mengajarkan pendidikan agama Islam
anak, maka terlebih dahulu memahami latar belakang pendidikan agama keluarganya.
Anak didik yang orang tuanya kurang pendidikan keagamaannya maka akan
mempengaruhi pula pemahaman agama anak. Sehingga sangatlah diperlukan kerjasama
orang tua dan guru pendidikan agama agar anak lebih tertanam nilai-nilai
pendidikan agama Islam sehingga dalam kepribadian dapat terpatri dalam
kehidupan sehari-sehari. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah,
sekolah hanya membantu kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak adalah pendidikan dari orang tuanya. Peralihan
bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan formal memerlukan
kerjasama antara orang tua dan guru di sekolah.
- Identifikasi masalah.
Secara umum masalah penelitian ini di
identifikasi dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut: (1) Apakah kerjasama
orang tua dan guru urgen dalam membina pendidikan agama Islam siswa SMPN 1
Konda (2) Bagaimana bentuk kerja sama orang tua dan guru terhadap pembinaan pendidikan
agama Islam siswa SMPN 1 Konda.
BAB. II
KAJIAN
PUSTAKA
- Deskripsi Kerjasama orang
tua dan guru di Sekolah.
Sebelum
penulis menguraikan pengertia kerjasama orang tua dan guru, kerjasama artinya
melakukan sesuatu kegiatan yang serupa atau tidak berbeda, tidak berlainan
(Trisno Yuwono Pius Abdullah, 1994: 24). Dari pengertian tersebut penulis
menyimpulkan bahwa kersama adalah melakukan suatu kegiatan yang serupa secara
bersama-sama atau berkelompok, bahwa kerjasama yang dimaksud adalah antara
orang tua dan guru dilakukan di sekolah secara bersama-sama dalam rangka
pembinaan pendidikan agama Islam agar anak didik dapat menjadi kontrol dalam
kegiatan belajar mengajar di rumah maupun di sekolah. Dalam hal ini sesuai
dengan pendapat Raja mudiharjo, mengatakan: pendidikan mengupayakan adanya
kerja sama antara guru dan orang tua dalam rangka menciptakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi anak untuk dapat terekspresikan secara alamiah semua minat
dan kegiatan yang diperlukan.(Radja Mudiharjo , 2001:146).
Dari
pernyataan tersebut bahwa kerja sama orang tua dan guru bukanlah hanya untuk
bersama-sama mengontrol kegiatan kegiatan anak didik saja, tetapi diharpakan
dalam kerja sama tersebut dapat menciptakan kesempatan kepada anak untuk
menyalurkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistim pendidikan nasional dijelaskan bahwa :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab (UU.No.20 Tahun 2003: 8).
Prilaku
atau sikap anak didik di lingkungan sekolah baik terhadap teman maupun terhadap
guru terutama dalam kreatifitas dan minat anak didik dipengaruhi oleh sikap dan
prilaku ditanamkan oleh sikap dan prilaku yang ditanamkan oleh keluarga
khususnya orang tua sebagai pendidik utama dan pertama. Dalam hal ini
dibutuhkan kepercayaan orang kepada guru di sekolah agar dapat membentuk
pribadi anak dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu sangatlah
berarti untuk menjadi perhatian khusus, karena pada akhir-akhir ini sering
terjadi tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan oleh anak didik,
sementara orang tua sering melimpahkan kesalahan itu kepada sekolah. Oleh
karena itu, dibutuhkan komunikasi antara orang tua dan guru di sekolah agar
dapat bekerja sama dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi.
- Tugas dan Kewajiban Orang
Tua dan Guru
- Tugas dan Kewajiban Orang Tua
Adapun tugas dan kewajiban orang tua
yakni:
a. Menggali
dan engembangkan potensi yang ada pada diri anak sehingga perkembangannya yang
secara optimal.
b. Tugas
orang tua bukan melarang atau memerintah, akan tetapi lebih mengarahkan agar
mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.
c. Mengarahkan,
membimbing, membantu dalam pembinaan dan pengembangan sesuai potensi yang
dimiliki.
d. Memelihara
dan memberi bekal ilmu pengetahuan agama.
Jika anak sering mendapat perlakuan dan
kekerasan yang tidak sesuai dengan norma-norma kemanusiaan, yang didapatkan
dari orang tuanya maka secara tidak langsung akan dan melakukan pula kekerasan pada orang lain.
Pada akhirnya kesadaran orang tua untuk meluangkan waktunya utnuk mendidik
anak-anaknya dengan penuh kasih sayang akan mampu membimbing dan mengarahkan
generasi muda menjadi insan yang mandiri dan bertanggung jawab.
- Tugas dan kewajiban Guru.
Adapun tugas dan kewajiban guru dengan
mengajar yakni membuat persiapan mengajar, mengevaluasi hasil belajar. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru antara lain:
a. Wajib
melakukan penemuan atas pembawaan yang ada pada diri anak didik dengan berbagai
cara seperti observasi, wawancara, angket dan sebgainya.
b. Berusaha
menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menemukan pembawaan
yang buruk agar tidak berkembang.
c. Memperlihatkan
kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan dengan berbagai
bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
d. Mengadakan
evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik secara
baik.
e. Memberikan
bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya. (Ahmad Tafsir, 2005: 78-79).
- Hakikat Pembinaan Pendidikan
Agama Islam pada anak Didik
Setiap pendidik (orang tua dan guru),
hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama Islam bukanlah sekedar pengetahuan agam
dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi pendidikan
agama Islam jauh lebih luasdari pada itu. Pendidikan agama Islam bertujuan
membentuk kepribadian anak, sesuai dengan ajaran Islam, pembinaan sikap,mental
dan akhlak, jauh lebih penting daripada manghafal dalail dan hukum-hukum agama
yang tidak diserapdan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama Islam hendaknya dapat
mewarnai kepribadian anak, sehingga pendidikan agama Islam itu benar-benar
menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi kendali dalam hidup dikemudian
hari. Oleh karena itu, maka pendidikan agama Islam hendaknya diberikan oleh
para pendidik (orang tua dan guru) yang benar-benar mencerminkan ajaran Islam dalam
sikapnya, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian dan cara berbicara dengan
orang yang lebih tua atau sebaya dengannya.
Pendidikan agama Islam dapat
membicarakan manusia seutuhnya, ia hanya membekali anak dengan pengetahuan
agama atau mengembangkan kecerdasan anak saja, akan tetapi menyangkut
keseluruhan pribadi anak. Yang berawal dari kebiasaan melakukan kebaikan yang
sesuai dengan tuntnan agama Islam, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan
sesamanya maupun hubungan dengan Allah swt, serta alam sekitarnya.
Zakiah daradjat mengatakan: ajaran Islam
yang di peroleh melalui pendidikan agama islam itu akan lebih baik dan lebih
berkesan serta berdaya guna apabila seluruh lingkungan hidup yang ikut mempengaruhi
pembinaan pribadi anak (keluarga, sekolah dan masyarakat), sama-sama mengarah
opada pembinaan jiwa agama anak, kearah pendidikan yang dilalui anak dalam umur
pertumbuhan, akan sangat membantu perkembangan dan pribadi anak. (Zakiah
Daradjat, 1977: 128).
Dari pernyataan tersebut diatas,
sangatlah jelas bahwa dalam upay pembentukan kepribadian anak yang sangat tepat
adalah penanaman ajaran Islam melalui pendidikan agama itu sangat penting bagi
kehidupan anak, atau dengan kata lain agar anak memiliki akhlak yang mulia
serta berbudi pekerti luhur, maka yang pertama dipacu adalah bagaimana anak
memahami, mengamalkan ajaran Islam melalui pendidikan agama diberikan oleh
orang tua dan gurunya. Disamping pendidikan agama Islam itu dapat memberikan
andil yang sangat berharga dalam pembentukan harkat dan martabat umat manusia
yang didapatkan dari orang tuanya, karena anak adalah merupakan obyek paling
utama, karena dalam mendidk itu dibutuhkan uasaha-usaha yang maksimal dalam
rangka memanusiakan manusia baik yang berlengsung dalam rumah tangga maupun di
lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dangan ajaran yang dilakukan oleh Lukmanul
Hakim seperti yang diabadikan dalam al-Qur’an (Q.S. Luman: 17)
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya:
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah ( manusia ) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuklah hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah swt.
Dari ayat tersebut menjelaskan
kepada orang tua atau pendidik agar menyuruh anak-anaknya melaksanakan ibadah
sebagai kewajiban yang pertama dalam membentuk dirinya, karena bagaimanpun juga
tidak terlepas identitas sebagai seorang muslim yang selalu bersabar I
diharapkan agar anak dalam melakukan sesuatu yang baik dan mencegah kepada
kemungkaran. sebagai upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru sebagai
bentuk kepedulian terhadap anak didik dalam membentuk akhlak dan prilaku anak
didik yang sesuai dengan ajaran Islam.
- Pembinaan Akhlak
Akhlak yang berarti perangai, tabiat,
adab, khalkun yang berarti kejadian, buatan, atau sistem prilaku yang dibuat
(Chalidjah Hasan, 1995: 186). Jadi akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik
sebagai watak seseorang anak, dengan adanya pembinaan akhlak ini diharapkan agar
anak didik menjadi lebih terarah dalam bertindak dan berprilaku. Pembinaan
serta pembentukan akhlak juga merupakan tujuan utama dalamm pendidikan Islam.
(Athiyah al-Abrasyi, 1993: 10). Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam
dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang
sebenarnya. (Omar al-Toumy al-Syaibany, 1997: 146). Dari pendapat tersebut
menjelaskan bahwa pendidikan akhlak adalah merupakan tujuan pendidikan yang
harus dicapai sebagai awal pembentukan diri pribadi muslim agar tercapai tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
Secara garis besar akhlak digolongkan
menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah adalah
segala macam sikap dan tingkah laku yang baik. Sedang akhlak mazmumah adalah
segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Sikap seperti ini adalah
perbuatan yang sering timbul dikalangan manusia seperti egois, dusta, khianat,
pemarah, sombong dan lain sebagainya. (H.A.Mustafa, 1997: 198).
- Pembinaan budi pekerti dan sopan
santun.
Budi pekerti yang baik adalah mengatakan
atau melakukan sesuatu yang terpuji, atau bisa juga disebut dengan perangai
yang baik ( H. Hadari Nawawi, 1993: 219)
Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
tearhadap anak didik,pendidikan akhlak yang tepat digunakan tentunya akhlak
mahmudah selain membuntuk pribadi muslim yang taat,juga dapat membentuk pola
dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari,berikut contoh-contoh
akhlak mahmudah diantaranya :
a. Pembinaan
budi pekerti dan sopan santun
Budi pekerti adalah mengatakan atau
melakukan sesuatu yang terpuji,atau bisa
juga di sebut dengan perangai yang baik.( H. Hadari,1993: 219). Dalam binaan
budi pekerti ini dibutuhkan perhatian yang besar dari orang tua tehadap
anaknya,dengan mulai melakukan kebiasaan yang baik dalam berperilaku dan
berbicara khususnya dalam lingkungan keluarga dan kebiasaan-kebiasaan yang baik
pula harus di lakukan secara umum dalam arti di lakukan dengan tidak
jemu-jemunya.
b. Pembinaan
bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan dasar pembinaan
akhlak yang sangat penting dalam ajaran Islam,terutama terhadap pembinaan anak
sejak usia dini,di mulai dengan melarangnya berbicara kasar,berbicara dengan
kata-kata yang tidak pantas (berbicara kotor),karena itu adalah pebuatan
orang-orang yang sesat,sebagaimana firman Allah QS.An-Nahl (16) : 105 yang
berbunyi :
$yJ¯RÎ) ÎtIøÿt z>És3ø9$# tûïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÏM»t$t«Î/ «!$# ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqç/É»x6ø9$# ÇÊÉÎÈ
Yang
artinya : Sesungguhnya manusia yang mngada-adakan kebohongan hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah.(Al-Qur’an dan
terjemahannya : 280)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa
dalam ajaran Islam menganjurkan kepada kita untuk selalu berkata jujur,jadi
sikap jujur pun sangat perlu dalam pembinaan akhlak anak.
c. Pembinaan
menjauhi sifat dengki
Dengki merupakan sifat tercela,merusak
fisik dan agama,oleh karena itu Allah menyuruh kita untuk memohon perlindungan
dari bahaya dengki. Allah SWT berfirman dalam QS.Al-Falaq (113) : 5 yang
berbunyi :
`ÏBur Ìhx© >Å%tn #sÎ) y|¡ym ÇÎÈ
Yang artinya : dan dari kejahatan orang
yang dengki apabila ia dengki
Dari ayat tersebut mengisyaratkan pada
manusia agar menjauhi sifat dengki,hal tersebut dapat menjadi acuan terhadap
pendidik dalam membina anak-anaknya,dimulai dengan memberikan pengetahuan bahwa
rasa iri atau dengki itu dapat merugikan dir sendiri,terutama dapat merusak
hati dan jiwa kita,ini merupakan salah satu bentuk pembinaan akhlak,yang
menjadi sasaran orang tua terhadap anaknya. Ini dimaksudkan agar sifat ini
dapat terhindar atau hilang dari dalam diri anak. Karena hilangnya sifat dengki
dalam jiwanya,anak akan memiliki pribadi yang luhur. Hatinya akan selalu lapang
dalam menerima berbagai bentu ujian dan selalu tegar dari gangguan penyakit
hati orang-orang yang berada di sekitarnya.(Muhammad Nur Abdul Hafizh,1997 :
179-189)
- Pembinaan Aqidah
Aqidah merupakan kepercayaan atau
keyakinan yang harus ditanamkan dalam diri anak,salah satunya yaitu menanamkan
kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya mengajarkan al-Qur’an dan
menanamkan nilai-nilai perjuanagn serta pengorbanan pada mereka.(ibid : 109)
Dari pernyataan tersebut diatas menjelaskan
bahwa dalam membina anak,senantiasa orang tua dapat memberikan pengetahuan
tentang pejuangan Rasulullah dan mencintai Allah dengan cara mendirikan
shalat,berzakat dan percaya akan datangnya hari akhir. Seperti firman Allah
dalam QS. luqman (31) : 4 yang berbunyi :
Yang artinya : Yaitu orang-orang yang
mendirikan shalat,menunaikan zakat,dan mereka yakin dengan adanya negri
akhir.(Op. cit QS. al-luqman,4 : 412)
Pendidikan aqidah hendaknya dapat
mewarnai kepribadian anak,sehingga pendidikan aqidah itu benar-benar menjadi
bagian dari pribadinya yang akan menjadi kendali dalam hidup dikemudian hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yakni penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan data-data
dari lapangan dalam bentuk-bentuk kata,menurut Husaimi Usman mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.(Husaimi Usman,1995 : 81)
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa
penelitian kualitatif ini bermaksud untuk bagaimana kita dapat memahami tingkah
laku manusia dan menafsirkan suatu peristiwa. Penelitian ini bermaksud
mempelajari secara interaksi suatu sosial,individu,kelompok,lembaga dan
masyarakat.(ibid : 5)
- Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini,penulis
menggunakan tekhnik sebagai berikut :
1. Observasi
(pengamatan),yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
pada orang tua siswa dan guru SMP Negeri 1 Konda,kemudian menarik kesimpulan
2. Interview(wawancara),yaitu
tekhnik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara kepada pihak-pihak
yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi,yaitu
tekhnik pengumpulan data dengan cara mengambil data-data dari dokumen yang ada
dalam rangka mendapatkan informasi yang lengkap dan menyeluruh.
- Analisis Data
Agar mendapatkan
data yang valid,dan cocok untuk disajikan dengan urgensi kerjasama orang tua
dan guru dalam Pembinaan Pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 1 Konda,penulis
menganalisi data-data yang telah diperoleh dari lapangan dengan menggunakan
tekhnik sebagai berikut :
1. Reduksi
data,yaitu data-data yang dikumpulkan akan dipelajari,ditelaah,kemudia
dirangkum kemudian dipilih hal-hal yang merupakan pokok dan inti data yang
dibutuhkan.
2. Display
data,yaitu setelah direduksi,maka peneliti melakukan display data dalam bentuk
uraian singkat,bagan,hubungan antar kategori,flawchart,dan sejenisnya. Dengan
menyajikan data,akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi,merencanakan
ktifitas selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
3. Verifiksi
data atau kesimpulan,langkah ketiga yang dilakukan adalah verifikasi data atau
penarikan kesimpulan. Dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara,dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya,valid,dan konsisten. Dalam
mengumpulkan data,maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
krebidel(Sugiono,2005 : 99)
- Pengecekan Keabsahan Data
Untuk
menghindari adanya data yang tidak valid,maka penulis mengadakan keabsahan data
dengan menggunakan tekhnik trianggulasi,yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan
data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar dari data yang ada untuk kepentingan
pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data yang ada. Densin
membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data
yaitu sumber,metode,penyidik dan teori.(Lexi J Moleong,1988 : 190). Hal ini
menjaga jangan sampai ada pihak informan yang memberi informasi yang tidak
relevan dari pembahasan tersebut. Triaggulasi dengan menggunakan sumber,berarti
membandingkan dan mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda,trianggulasi dengan menggunakan metode dapat dilakukan dengan cara :
1. Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan
data apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang dikatakan secara
pribadi.
3. Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang dalam situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang releven dengan hasil
penelitian(ibid : 178)
BAB. IV
HASIL PENELITIAN
- Deskripsi Data
- Pertumbuhan dan Perkembangan
SMPN 1 Konda
Sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 1 Konda merupakan salah satu lembaga pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran pada tingkat menengah pertama.
Secara
geografis,SMPN 1 Konda memiliki tempat yang strategisskarena terletak di pusan
kecamatan konda yang mudah dijangkau baik dengan kendaraan maupun dengan
berjalan kaki. Tersedianya transportasi dan fasilitas jalan yang sangat baik
(jalan aspal) memudahkan siswa dan guru yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah dapat belajar
dan mengajar tanpa mengalami hambatan untuk beraktifitas di sekolah tersebut.
- Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang secara
langsung digunakan dalam pelaksanaan pendidikan seperti fisik gedung,.fasilitas
belajar,ruang guru,ruang siswa dan sebagainya,sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang tidak secara langsung di gunakan dalam proses belajar mngajar.
Seperti taman sekolah,peraturan sekolah,situasi belajar,pekarangan dan
sebagainya.
- Keadaan Guru, Siswa dan
Orang tua.
a.
Keadaan Guru
Guru merupakan salah satu
faktorpendidikan yang bertugas secara profesional mendidik dan mengarahkan anak
didik kearah pertumbuhan dan perkembangan moral dan intelektual sehingga
menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab dan berkepribadian yang luhur
serta berakhlak mulia. Mengingat peranan guru amat penting dalam pendidikan dan
pengajaran,maka keberhasilan siswa,pendidikan dan pengajaran di sekolah sangat
tergantung pada guru. Sebab tidak semua orang mau menjadi guru,karena beban
yang dipikulnya itu sulit dijangkau.
Bagi guru SMPN 1 Konda,mengsjsr merupakan
bagian dari hidup yang perlu ditekuni dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung
jawab.
Kami sebagai
guru disini merupakan bagian dari hidup kami,karena dalam saya mengajar disini
sudah 20 tahun,selama saya mengajar banyak suka maupun duka yang saya
alami,namun semua itu adalah tanggung jawab saya sebagai seorang guru dalam
mentransferkan ilmu saya sebagai seorang pendidik.(Sailan S.Pd,)
Dari uraian di atas penulis lebih
mendalam lagi behwa seorang guru walaupun tidak mendapatkan apa-apa dari pekerjaannya harus
tetap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik.
b.
Keadaan Siswa
Siswa atau anak didik merupakan salah
satu faktor pendidik yang tidak bisa di gantikan oleh faktor lain. Erat
kaitannya dengan faktor itu,pada SMP Negeri 1 Konda siswanya terdiri dari
bermacam-macam suku antara lain Tolaki,Jawa,Bugis,dan lain-lain,siswa SMP
Negeri 1 Kondasaat ini tercatat 572 siswa yang terdaftar mengikuti proses
belajar mengajar,yang terbesar di tiga kelas,lebih jelasnya tentang keadaan
siswa di SMP Negeri 1 Konda dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel
3
Keadaan
Siswa SMP Negeri 1 Konda
No
|
Kelas
|
Jenis
kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
VII.1
|
22
|
26
|
48
|
VII.2
|
25
|
23
|
48
|
|
VII.3
|
23
|
25
|
48
|
|
VII.4
|
20
|
28
|
48
|
|
2
|
VIII.1
|
20
|
24
|
44
|
VIII.2
|
23
|
21
|
44
|
|
VIII.3
|
22
|
22
|
44
|
|
VIII.4
|
20
|
25
|
45
|
|
3
|
IX.1
|
29
|
22
|
51
|
IX.2
|
21
|
29
|
50
|
|
IX.3
|
27
|
24
|
51
|
|
IX.4
|
26
|
25
|
51
|
|
Total
|
278
|
304
|
572
|
Sumber Data : Kantor SMPN 1 Konda
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
jumlah siswa SMP Negeri 1 Konda berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 278
orang laki-laki dan 294 orang perempuan. Adapun jumlah siswa menurut kelas
yaitu kelas VII 1 berjumlah 48 orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan
26 perempuan,kelas VII 2 berjumlah 48 orang yang terdiri dari 25 orang
laki-laki dan 23 orang perempuan,kelas VII 3 berjumlah 48 orang yang terdiri
dari 23 orang laki-laki dan 25 orang perempuan,dan kelas VII 4 yang berjumlah
48 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 28 orang perempuan,sehingga
jumlah keseluruhan kelas tujuh adalah 192 yang terdiri 90 orang laki-laki dan
102 perempuan.
Selanjutnya jumlah siswa untuk kelas
VIII yaitu kelas VIII 1 yang berjumlah 44 orang yang terdiri dari 20 orang
laki-laki dan 24 orang perempuan,kelas VIII 2 yang berjumlah 44 orang yang
terdiri dari 23 orang laki-laki dan 21 orang perempuan,kelas VIII 3 yang
berjumlah 44 orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 22 orang perempuan,dan
kelas VIII 4 yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan
25 orang perempuan,sehingga jumlah keseluruhan kelas VIII adalah 177 yang
terdiri dari 85 orang laki-laki dan 112 orang perempuan.
Kemudian jumlah siswa untuk kelas IX
yaitu kelas IX 1 yang berjumlah 51 orang yang terdiri dari 29 orang laki-laki
dan 22 orang perempuan,kelas IX 2 yang berjumlah 50 orang yang terdiri dari 21
orang laki-laki dan 29 orang perempuan,kelas IX 3 yang berjumlah 51 orang yang
terdiri dari 27 orang laki-laki dan 24 orang perempuan, kelas IX 4 yang
berjumlah 51 orang yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 25 orang perempuan,sehingga
seluruh kelas IX yaitu 203 yang terdiri dari 103 laki-laki dan 100 perempuan.
c.
Keadaan orang tua siswa
Mengingat peran dan fungsi orang tua
sangat penting di dalam pendidikan agama anak di lingkungan keluarga,maka
keberhasilan dalam kerjasama dengan guru dalam pembinaan pendidikan agama Islam
anak sangat bergantung pula pada peran serta orang tua tersebut.
- Temuan penelitian
1.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam pembinaan
pendidikan Agama pada anak
Dalam usaha mengembangkan mutu
pendidikan agama anak,dibutuhkan adanya kerjasama antara orang tua dan guru telah
dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai kerjasama. Pekerjaan guru (pendidik) di
sekolah akan lebih efektif apabila,guru mengetahui latar belakang anak
didiknya,anak didik yang kurang maju dalam pelajaran. Berkat kerjasama orang
tua dan guru di sekolah kekurangan anak didik banyak diatasi,banyak cara yang
ditempuh untuk menjalin kerja sama antara orang tua dan guru di sekolah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh guru di sekolah yakni :
a) Adanya
kunjungan ke rumah anak didik
b) Diundangnya
orang tua ke sekolah
c) Case
Conferense
d) Badan
pembantu sekolah
e) Adanya
surat menyurat
f) Adanya
daftar nilai atau raport.(Hasbullah,2005 : 91-94)
F Adanya kunjungan ke rumah anak didik
Pelaksanaan
kunjunga ke rumah anak didik ini berdampak sangat positif karena dalam
kunjungan ini dapat memberikan motifasi kepada orang tua dan anak didik untuk
lebih terbuka dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sedang
di alami antara orang tua dalam mendidik anak .
F Diundangnya orang tua ke sekolah
Dalam
hal ini orang tua diberi kesempatan untuk dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan dalam sekolah seperti kegiatan-kegiatan perlombaan yang
mendemonstrasikan kebolehan-kebolehan anak dalam berbagai bidang.
F Case Conferse
Case
Conferse merupakan rapat atau konferensi tentang kasus biasa dilakukan dalam
bimbingan dan konseling di mana pesertanya adalah orang yang benar-benar mau
membicarakan masalah anak didiknya dan bertujuan mencari jalan yang paling
tegar agar masalah anak didik dapat diatasi dengan baik.
F Badan pembantu sekolah
Badan
pembantu sekolah ini adalah organisasi orang tua murid atau wali murid atau
guru,sekarang organisasi ini telah beberapa kali mengalami perubahan nama
karena disesuaikan dengan perkembangan situasi pendidikan,pertama persatuan orang
tua murid dan guru (POMG),kemudian persatuan orang tua murid (POM) kemudian
badan pembantu penyelenggaraan pendidik atau (BP3) dan sekarang di kenal dengan
komite sekolah.
F Adanya surat menyurat
Surat
menyurat ini dimaksudkan agar pada waktu-waktu tertentu seperti peringatan dari
guru kepada orang tua jika anaknya bermasalah di sekolah.
F Adanya daftar nilai atau raport
Raport
ini biasanya di berikan pada setiap akhir semester kepada para siswa ini dapat
di pakai sebagai penghubung antara guru di sekolah dan orang tua siswa.
Guru
dapat memberikan peringatan kepada orang tua terhadap nila-nilai siswa yang
kurang baik atau mungkin sebaliknya memberi penguatan kepada orang tua agar
selalu mendukung anak didiknya dalam meraih prestasi.
2.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam
pembinaan pendidikan agama pada anak.
Dari uraian masalah pembinaan pada
pembahasan sebelumnya,dapat diketahui bahwa orang tua dan guru mempunyai
peranan penting dalam membina agama Islam anak. Pendidikan agama Islam adalah
proses dan aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang dikehendaki
dalam diri seseorang terutama anak didik ia juga merupakan proses menjaga dan memelihara sifat-sifat yang dimiliki oleh anak didik
serta bakat dan kebolehan yang mereka miliki.
Mengingat
hal tersebut sudah tidak asing lagi bahwa dalam pendidikan khususnya dalam
membina terdapat banyak kendala yang disebabkan oleh keadaan pendidik itu
sendiri maupun dari pembawaan anak itu sendiri serta dari lingkungannya. Adapun
kendala-kendala yang di maksud yang akan dibahas disini adalah.
a. Kendala
dalam lingkungan keluarga
Kurangnya perhatian orang tua sebagai
pendidik yang pertama dan yang utama khususnya dalam lingkungan keluarga,mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan agama anak dalam hal
pembinaan,orang tualah yang mempunyai kewajiban untuk membentuk sikap dan
perilaku anak agar menjadi anak yang patuh kepada ajaran agama dan patuh kepada
kedua orang tua, namun banyaklah orang tua yang hanya mengharapkan pendidikan
disekolah sebagai pendidikan utama ini didasarkan oleh aktivitas orang tua di
luar rumah yang sangat menyita waktu seperti seorang bapak bekerja untuk
mencari nafka keluarganya, terkadang juga seorang ibu mencari nafkah untuk anak
dan sekaligus membantu suaminya untuk mencari nafkah.
Sejalan dangan hal itu pula kehidupan
keluarga yang tidak harmonis menjadi salah satu kendala dalam lingkungan
keluarga, ketidak harmonisan antara orang tua tersebut menjadi pemicu anak
untuk berbuat semaunya di luar batas sehingga kesalahan yang mereka lakukan
akan mendapat sanksi dari orang tua seperti penindasan, yang menyiksa anaknya
dengan pemukulan yang menyakiti perasaan dan kerugian kesehatan anaknya. Oleh
karena itu orang tua hendaknya menyadari tugasnya sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga, karena merupakan pendidikan awal bagi perkembangan
perilaku anak.bahwa segala kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan
pendidik-pendidiknya terutama orang tua pada zaman itu dipandangnya sebagai
penindas yang menyiksa anaknya dengan dengan pukulan yang merugikan
kesehatannya dan menyakiti perasaannya, kehormatannya. Disamping itu pula banya
para orang tua yang mengharapkan anak-anaknya menjadi norang yang berkuasa menjadi
sukses dalam masyarakat namun itu hanya tidak sesuai dengan harapan anak
tersebut, sehingga banyak dari anak didik tidak merasa bersemangat dalam
melanjutkan pendidikan di sekolah sehingga banyak pula dari mereka tidak mau
melanjutkan pendidikan yang mengakibatkankekecewaan terhadap orang tua. Ini
dikarenakan kurangnya perhatian orang tua dalam melihat bakat dan kemampuan
anak-anaknya, sehingga dibutuhkan perhatian khusus bagi orang tua untuk
membeina dan mendidik anak-anaknya dalam hal ini bukan anak yang menyesuaikan
diri dengan cita-cita orang tua melainkan sebaliknya. Pendidikan keluarga atau
orang tua penting sekali, ia juga menunjukkan betapa besar pengaruh lingkungan
alam sekitarnya terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya. (Ngalim
Purwanto, 2003: 80)
Seorang bpenganut aliran Philantropinum,
oleh para orang tu. Salzman mengatakan
Kekerasan dalam lingkungan keluarga,keadaan
tiap-tiap keluarga tentu berlainan-lainan antara satu dengan yang lainnya,sebagian
keluarga membina pendidikan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang,lemah lembut
ada yang mendidik anak-anaknya dengan kekerasan dan lain sebagainya.
b. Kendala
dalam lingkungan sekolah
Pada
umumnya,kita telah mengetahui bahwa sekolah merupakan pendidikan kedua setelah
keluarga. Sekolah adalah buatan manusia,sekolah juga didirikan oleh masyarakat
atau negara untuk membantu keluarga dalam hal mendidik dan membina anak dan
mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandian dan kecakapannya
walaupun aktifitas sekolah juga kadang terlambat dalam hal pembinaan pendidikan
khusunya pendidikan agama Islam anak yang diakibatkan oleh beberapa faktor
yakni pegaulan disekolah lebih terbatas diakibatkan oleh beberapa faktor yakni
pergaulan di sekolah lebih terbatas diakibatkan karena adanya ketertiban dan
peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh tiap-tiap murid dan
guru
Dari beberapa penjelasan di atas,berikut ini
akan dijelaskan beberapa kendala dalam hal pembinaan agama anak didik
disekolah, guru sebagai pendidik dalam lingkungan sekolah yang bertugas sebagai
pengajar, memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada
anak disamping juga membina agar anak memiliki budi pekerti yang baik.
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik dipandang sebagai abdi
masyarakat maupun sebagai abadi negara. Seorang pendidik haruslah memiliki
kemampuan kesabaran dan memberikan perhatian dalam hal pembinaan anak didik,
karena berdasarkan kenyataan bahwa sebahagian besar guru barmasa bodoh melihat permasalahan
yang ada disekolah. Guru seakan menutup mata dalam hal pembinaan akhlak anak padahal
sesungguhnya sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk membentuk pribadi mereka
menjadi pribadi yang muliah.
3.
Bentuk-bentuk Pembinaan.
Pembinaan pendidikan agama Islam tidak
terlepasa dari beberapa aspek anatara lain :
- Pembinaan Sopan santun
Budi pekerti adalah melakukan sesuatu
yang terpuji, atau bisa juga disebut dengan perangai yang baik (H. Hadari
Nawawi, 1993: 219). Dalam pembinaan budi pekerti ini dibutuhkan perhatian yang
besar dai orang tua terhadap anaknya atau guru di sekolah, dengan memulai
melakukan kebiasaan yang baik harus dilakukan secara umum dalam artidilakukan dengan
tidak bosan-bosan.
- Pembinaan untuk memiliki
sifat jujur
Bersikap
jujur merupakan dasar pembinaan akhlak yang sangat penting dalam ajaran Islam,
terutama pembinaan kepada anak pada usia dini, untuk tidak terbiasa
mengeluarkan bahasa-bahasa yang kasar, berdusta serta berbicara kotor. Seperti
terdapat dapam al-Qur’an (Q.S. An-Nahl 16
: 105.)
$yJ¯RÎ) ÎtIøÿt z>És3ø9$# tûïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÏM»t$t«Î/ «!$# ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqç/É»x6ø9$#
Artinya:
sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah.
- Pembinaan agar menjauhi
sifat dengki
Dengki merupakan sifat tercela, merusak
jiwa serta atatanan agama, sehingga Allah swt, menyuruh untuk memohon
perlindungan dari bahaya. Menjauhi sifat dengki bahagian dari acuan terhadap
pendidikan dalam membina pribadi anak muslim dengan membekali bahwa iri hati
itu dapat merugikan diri sendiri. Karena merupakan hal penting untuk dapat
dibekali anak karena hilangnya sifat dengki pada diri anak tentu akan memilki
sifat yang luhur dan selalu mencintai kebaikan serta dapat diterma
ditengah-tengah masyarakat dimana anak itu berada, sehingga hatinya selalu
lapang dalam menerima berbagai bentuk ujian dan selalu tegar dari gangguan
penyakit hati dari orang disekitarnya.
- Pembinaan aqidah
Aqidah merupakan kepercayaan atau
keyakinan yang harus ditanamkan dalam diri anak, yaitu menanamkan
kecintaan kepada Allah swt dan rasulNya mengajarkan al-Qur’an dan menanamkan
nilai-nilai perjuangan.
Dari penjelasan tersebut di atas membina
aqidah anak, senantias orang tua dapat
memberikan pengetahuan tentang perjuangan rasulullah saw.dan mencintai Allah
swt, dengan mendirikan shalat, berzakat dan percaya adanya hari kiamat, hal ini
terdapat dalam al-Qur’an Q.S.Lukman (31): 4
tûïÏ%©!$# tbqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# tbqè?÷sãur no4qx.¨9$# Nèdur ÍotÅzFy$$Î/ öNèd tbqãZÏ%qã ÇÍÈ
Artinya:yaitu orang-orang yang
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka yakin dengan adanya negeri
akhir.
Pendidikan aqidah hendakanya dapat
mewarnai kepribadian anak, sehingga pendidikan aqidah itu benar-benar menjadi
bagian dari pribadinya yang akan menjadi kendali dalam hidupnya dikemudian
hari, agar kiranya orang tua dapat
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
4. Bentuk-bentuk
kerjasama dalam pembinaan Pendidikan Agama Islam Anak.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam pembinaan
pendidikan agama Islam anak, akan sangat berpengaruh terhadap pembinaan pendidikan
agama Islam anak, oleh karena itu tentu dibutuhkan beberapa bentuk kerjasama,
hal ini dimaksudkan agar orang tua dan guru dengan mudah memahami bagaimana
cara membina anak dalam pendidikan agama Islam anak. Hal ini dapat dijelaskan
oleh informan sebagai berikut:
Mengenai kerjasama antara orang tua dan
guru tentu diterap berbagai macam fariasi atau bentuk serta cara pembinaan yang
berbeda agar orang tua dan guru tidak merasa jenuh dan bosan sehingga hasil
dari kerjasama tersebut hasilnya bisa men jadi lebih baik. (M.Israr,
Wawancara, 10 Oktober 2009)
Pelaksanaan kerjasama itu tidaklah muda,
karena dibutuhkan perhatian yang khusus dari orang tua dan guru di sekolah,
sehingga segala upaya telah dilakukan
oleh guru SMPN 1 Konda utnuk mensuksekan kegiatan ini dengan cara
mengundang orang tua murid untuk melakukan pertemuan yang terkait masalah
kerjasama tersebut.adapun bentuk kerjasama tersebut anatara lain :
a.
Adanya kunjungan ke rumah anak didik
dalam rangka memberikan motifasi kepada orang tua untuk dapat membantu pekerjaan
guru dalam membina anak didik dalam hal pendidikan agama anak, sehingga
terbentuklah akhlak yang mulia dan prilaku baik dalam kehidupannya sehari-hari.
b.
Guru mengundang orang tua kesekolah,
dalam hal ini orang tua diberi kesempatan untuk dapat ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan
sekolah dalm bentuk perlombaan pelaksanaan shalat, wudhu, azan dan pertandingan
lainnya yang terkait masalah pengembangan skil anak didik.
Selain itu pula bentuk kerjasama yang
lain yang dilakukan oleh guru adalah:
1.
Orang tua diberi kepercayaan untuk
membina anaknya di rumah dan mengontrol ibadah serta membimbing anak tersebut
untuk mengamalkan pelajaran agama yang diberikan oleh guru di sekolah.
2.
Guru memberikan tambahan pelajaran agama
pada anak didik dan memberikan praktek yang berhubungan dengan materi pelajaran agama tersebut.
3.
Mengadakan pesantren kilat di sekolah,
agar dapat menambah pengalaman dan pengamalan ajaran agama anak didik.
5. Kendala-kendala
yang dihadapi dalam pembinaan pendidikan agama Islam anak di SMPN 1 Konda.
Kendala
merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dalam setiap pekerjaan,kegiatan
atau usaha. Ini menjadi salah satu faktor penghambat yang sangat dirasakan.
Beberapa kendala di antaranya sebagai berikut :
4. Kurangnya
perhatian orang tua,kendala ini sering di temui,ini dikarenakan kesibukan
pekerjaan kedua orang tua di luar rumah sering menjadi alasan.
5. Orang
tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan agama kepada pengajar atau guru
sekolah,tanpa memikirkan bahwa tanggung jawab dalam pendidikan agama anak,orang
tualah yang paling utama.
6. Selanjutnya
kendala di dalam lingkungan sekolah,bahwa sekolah hanya mengikuti kurikulum
yang ada.
7. Orang
tua murid tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang agama atau pengetahuan agama
mereka sangat terbatas.
8. Guru
agama di SMPN 1 Konda hanya berjumlah dua orang sehingga ini menjadi kendala
karena terbatasnya guru pengajar.
6. Upaya
dalam mengatasi kendala-kendala dalam pembinaan pendidikan agama Islam anak di
SMPN 1 Konda
Dengan melihat
berbagai kendala-kendala dalam kegiatan kerjasama dalam pembinaan pendidikan
agama anak di SMPN 1 Konda,maka pihak sekolah dalam hal ini guru dan orang tua
harusmenyadari akan pentingnya usaha-usaha dalam melaksanakan kerjasama oang
tua dan guru dalam pembinaan pendidikan agama Islam di SMPN 1 Konda. Beberapa
upaya-upaya tersebut antara lain :
a. Orang
tua harus memberikan perhatian khusus kepada anak-anaknya dalam hal pembinaan
pendidikan agama Islam.
b. Diberikan
pengetahuan kepada orang tua murid bahwa pendidikan agama anak itu sangat
penting.
c. Guru
harus memberikan jam tambahan pelajaran khususnya pendidikan agama Isla seperti
les dan lain-lain.
d. Orang
tua seharusnya diberi pemahaman bahwa pembinaan pendidikan agama anak dirumah
menjadi salah satu faktor utama dalam pembinaan pendidkan agama anak.
` Upaya-upaya di atas adalah salah satu
bentuk usaha yang dijalankan pleh seorang pembina dalam mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi dan juga ini sebagai bentuk kepedulian guru dan
orang tua terhadap pendidikan agama siswa.
BAB
V
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan
sebelumnya,maka penulis dapat menyimpulkan isi skripsi ini adalah sebagai
berikut :
- Kerjasama orang tua dan guru dalam
pembinaan pendidikan agama Islam di sekolah memang sangat penting,ini
sebagai bentuk kepedulian orang tua dan guru dalam menangani masalah
pendidikan agama khususnya agama Islam,khususnya dalam akhlak dan perilaku
anak-anak di lingkungan keluarga dan pada umumnya dilingkungan masyarakat.
- Bentuk-bentuk kerjasama dalam
pembinaan pendidikan agama Islam anak. Dalam menentukan bagaimana bentuk
kerjasama tersebut pihak sekolah mengadakan rapat terlebih dahulu dan
akhirnya disepakati bahwa kerja sama tersebut adalah sebagai berikut :
- Adanya kunjungan guru ke rumah anak
didik.
- Diundangnya orang tua ke sekolah.
- Adanya surat menyurat.
- Orang tua dipercayakan untuk lebih
mengawasi anaknya di rumah dan dapat selalu mempelajari pendidikan agama di
sekolah.
- Guru harus memberikan jam tambahan
pelajaran khususnya pendidikan agama Isla seperti les dan lain-lain.
- Orang tua seharusnya diberi
pemahaman bahwa pembinaan pendidikan agama anak dirumah menjadi salah satu
faktor utama dalam pembinaan pendidkan agama anak.
- Kendala-kendala yang ditemui adalah
sebagai berikut :
- Kurangnya perhatian orang
tua,kendala ini yang sering ditemui,ini dikarenakan karena kesibukan
pekerjaan kedua orang tua di luar rumah.
- Orang tua menyerahkan sepenuhnya
pendidikan agama kepada pengajar atau guru sekolah,tanpa memikirkan bahwa
tanggung jawab dalam pendidikan agama anak,orang tualah yang paling utama.
- Selanjutnya kendala di dalam
lingkungan sekolah,bahwa sekolah hanya mengikuti kurikulum yang ada.
- Orang tua murid tidak mempunyai
ilmu pengetahuan tentang agama atau pengetahuan agama mereka sangat
terbatas.
- Upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengatasi kendala-kendala dalam pembinaan pendidikan agama Islam.
- Orang tua harus memberikan
perhatian khusus kepada anak-anaknya dalam hal pembinaan pendidikan agama
Islam.
- Diberikan pengetahuan kepada orang
tua murid bahwa pendidikan agama anak itu sangat penting.
- Guru harus memberikan jam tambahan
pelajaran khususnya pendidikan agama Isla seperti les dan lain-lain.
- Orang tua seharusnya diberi
pemahaman bahwa pembinaan pendidikan agama anak dirumah menjadi salah satu
faktor utama dalam pembinaan pendidkan agama anak.
- Hasil kerja sama antara orang tua
dan guru dalam pembinaan pendidikan agama Isla siswa SMPN 1 Konda memang
belum maksimal,hal itu di karenakan banyaknya kendala-kendala yang
dihadapi orang tua,salah satunya adalah kebanyakan dari mereka berprofesi
sebagai petani.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu,
Drs.H, Drs. Noor Salimi, Dasar- Dasar Pendidikan Agama Islam, Bumi ,
Jakarta: Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Al-Abrasi
Athiyah, M. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Pendidkan Islam, Bukan Bintang,
Jakarta: 1993.
Al-Taumy,
Al-Saibany, Umar Muhammad, Prof.Dr. Falsafah Pendidikan Islam, Bulan
Bintang, Jakarta: 1979.
Arifin,
Prof. HM. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta: 2000.
Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Penenlitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka
Cipta, Jakarta: 1993.
Chalidjah Hasan,
Prof. Dr. Hj. Kajian Perbandingan Pendidikan, Surabaya: al-Ikhlas: 1995.
Departemen Agama
RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Jumanatul Ali, Bandung: 2004.
Daradjat,
Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, jakarta: 1977.
Hasbullah,
Dasar-Dasar Pendidikan, Edisi Revisi, Jakrta: Rajawali Pers, 2004.
Lexy J. Moleang,
MA, Metodologi Penenlitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
1988.
Muhammad, Nur
Abdullah Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Al-Nasyr Al-Islamiyah, 1997.
Nawawi,
Hadari, Prof.Dr.H. Pendidikan Dalam Islam, Al-Ikhlas, Surabaya: 1993.
Purwanto,
Ngalim, Drs. M. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2003.
Zuharini,
Dra. Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha nasional, Surabaya, 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar