A.
fakta atau kenyataan,
Menurut
:
1. Positivistik berpandangan
bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan
sensual lainnya.
2. Fenomenologik memiliki dua arah
perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori
korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua,
menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem
nilai.
3. Rasionalistik menganggap suatu
sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
4. Realisme-metafisik berpendapat
bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
B.
kebenaran (truth),
1. 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan
pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
2.
Michel
William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi,
kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan
kebenaran proposisi.
Noeng
Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik
2.
a. Kebenaran koherensi yaitu
adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu
yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik
berupa skema, sistem, atau pun nilai
2.
b. Berfikir benar
korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau
berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan
belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
2.
c. Ketika pemikiran manusia
menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada
dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang
mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat
diaktualkan dalam tindakan.
2.
d. Kebenaran Pragmatik menganggap Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis.
C.
Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah
menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan
pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau
probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,
postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila
mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan,
prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh
secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
D. logika inferensi
Penarikan kesimpulan baru
dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara
tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke
dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi. (Jujun Suriasumantri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar